Breaking News

Mengintip 'Wajah' Ibukota Berkat Jakarta Smart City

image_title
Shiomonyet.com – Konsep penerapan kota pintar, Jakarta Smart City, akan membawa sejumlah perubahan. Salah satunya memotong jalur penyampaian laporan masyarakat terhadap dinas di pemerintahan. Nantinya, laporan itu akan masuk langsung ke pihak Kelurahan. 
"Itu lebih cepat dibandingkan harus masuk ke admin dulu, baru admin nyebarin ke terkait," kata Kepala Unit Pelaksana teknis (UPT) Jakarta Smart City, Setiaji ditemui saat acara Virtus Showcase 2018, di Jakarta, belum lama ini.
Dia mengungkapkan pengaduan yang masuk akan langsung diterima dalam aplikasi bernama CRM. Nanti akan keluar notifikasi saat ada laporan. 
Sedangkan untuk pengerjaan laporan, Setiaji mengklaim bahwa ada perubahan signifikan rata-rata laporan yang dikerjakan. Awalnya pengerjaan mencapai 300 jam.
"Rata-rata 300 jam hampir seminggu lebih, bisa dikurangin hingga 9 jam. Paling cepat 7 menit," kata Setiaji. 
Dia menambahkan bahwa awalnya pihak-pihak itu agak terganggu menerima laporan dalam waktu berdekatan. Namun sekarang Setiaji mengatakan sudah tidak lagi. 
Selain itu, Smart City juga menggunakan Internet of Things (IoT) dalam penerapannya. Salah satunya untuk menelusuri pergerakan Transjakarta, truk sampah, dan ambulans. 
Untuk ambulans, penerapannya dengan mencari yang terdekat dengan lokasi laporan dalam waktu yang berdekatan.
LIHAT JUGA
"Kemudian banjir, bisa tahu water  di Katulampa kondisinya sudah seperti apa, darurat, bahaya, dengan itu kan di sensor sudah tahu, sehingga bisa adaptasi lebih cepat dibandingkan orang lapor manual," ujarnya. 
Untuk mempermudah aktivitas masyarakat Jakarta, Setiaji mengatakan pihaknya juga sedang mempersiapkan aplikasi bernama Jakarta Kini. Dia menuturkan aplikasi ini akan seperti Google Assistant.
Masyarakat bisa mengetahui informasi langsung mengenai keadaan lalu lintas dan juga cuaca melalui Jakarta Kini. 
"Atau, misalnya saya mau pulang ke daerah Jakarta Timur, nanti diinformasi daerah yang biasa Anda lewati ada traffic jam karena macet atau kecelakaan, mendingan Anda mampir ke toko sebelah karena ada diskon. Jadi informasi yang mengejar Anda," kata Setiaji. 
Jakarta Kini memiliki data lokal dibandingkan dengan Google Maps. Pihaknya ingin memanfaatkan ini, dengan meminta kontribusi masyarakat untuk memasukkan aktivitas yang dikerjakan misalnya saat berada di car free day
"Sebenarnya Google Maps itu dari kita data penutupan jalan, event, kenapa enggak kita sendiri saja yang memanfaatkan data itu. Dan nuansanya nuansa lokal," tambahnya. 
Saat ini aplikasi Jakarta Kini masih dalam proses. Kemungkinan baru akhir tahun dirilis.

Tidak ada komentar